selalu semangat

hidup memang tak seindah angan
suka dan duka datang silih berganti
namun itulah hidup..
jika tiada duka,suka pun tiada artinya
semuanya harus dijalani dengan tabah dan syukur..
karena masih ada pelangi sehabis hujan..

Selasa, 26 Juni 2012

pemeriksaan human immunodefisiensi virus(HIV)

Pemeriksaan  Human Immunodefisiensi Virus (HIV)
I.    DASAR TEORI
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
II.    PRINSIP
Immunokromatografi dimana membranedilapisi oleh Ag-HIV rekombinan pada garis tes. Pada saat serum diteteskan pada salah satu ruang membrane,sample akan bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi dengan protein A yang terdapat pada bantalan specimen.selanjutnya campuran ini akan bergerak secara kromatografi keujung lain membrane dan bereaksi dengan Ag-HIV rekombinan yang terdapat pada garis tes.jika serum/plasma mengandung Ab HIV-1/HIV-2 maka akan timbul garis warna pada garis tes.
III.    METODE
Immunokromatografi(Anti HIV-1/HIV-2)
IV.    ALAT DAN BAHAN
a)    KIT Acon HIV-1/HIV-2
b)    Alat tes,Buffer,pipet tetes
c)    Serum/plasma(EDTA/Heparin/Citrate)
V.    PROSEDUR
a)    Alat tes di lepaskan dari tutupnya dan dilakukan pada suhu ruangan.sebaiknya tes dilakukan dalam waktu 1 jam untuk mendapatkan hasil yang baik.
b)    Tempatkan alat tes pada permukaan yang datar dan bersih.pipet tetes dipegang secara vertikal lalu teteskan serum/plasma 1 tetes (40 mikro liter)kedalam sumur spesimen(S),kemudian tambahkan 2 tetes Buffer.hindarkan adanya gelembung udara.
c)    Tunggu sampai garis merah muncul.hasil sebaiknya dibaca dalam waktu 10 menit
d)    Catatan :hasil tidak diinterpretasikan setelah 20 menit.
VI.    INTERPRETASI HASIL
a)    Positif(reaktif):jika tampak garis merah pada line kontrol dan line test.
b)    Negatif(non reaktif): hanya tampak garis pada line kontrol saja.
c)    Invalid :tidak tampak garis merah samasekali atau tampak hanya pada line test saja.
VII.    KESIMPULAN
Jika tampak garis merah pada line kontrol dan line test berarti positif, dan bila tampak garis pada line kontrol saja berarti negatif. Invalid berarti tidak tampak garis merah sama sekali atau tampak hanya pada line test saja.

pemerisaan antistreptolisin-o(ASO)

PEMERIKSAAN ANTISTREPTOLISIN –O(ASO)
I.    Dasar Teori
Suatu infeksi oleh β-hemolitic Streptococcus group-A akan merangsang beberapa sel imonokompoten untuk memproduksi beberapa Ab,baik terhadap beberapa produk ekstraseluler dari kuman(streptolisin,hialuronidase,*9 streptokinase,DNAase) maupun terhadap komponen permukaan dari dinding sel kuman cell surface membrane antigen (CSMA).Ab terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinyya kelainan pada jantung (endokardium)penderita demam rematikatau ginjal penderita glomerulonefritis.

Kelainan terhadapbeberapa organ tersebut disebabkan oleh karena reaksi silang antar antibody terhadap CSMA dengan endokardium atau glomerular basement membrane 9GBM) atau menimbulkan pembentukan kompleks imun Ab-CSMA yang diendapkan pada glomerulus atau endokardium yang menyebakan beberapa kerusakan pada beberapa bagian tubuh tersebut .sebagian besar dari beberapa bagian strain serologis dari streptococci grup A menghasilkan 2 enzim hemolitik yaitu,Streptolisin-O dan S.didalam tubuh penderita ,streptolisin-O akan merangsang pembentukan antibody yang spesifik,aitu Streptolisin-O(ASO) sedangkan antibody yang dibentuk terhadap Streptolisin-S tidak spesifik.

Adana antibody yang spesifik terhadap streptolisin-O ini kemudian dipakai sebagai ASO biasanya mulai meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi.Bila infeksi kemudian mereka ,maka titer ASO akan kembali normal setelah sekitar 6 bulan.Bila titer tidak menurun ,suatu infeksi ulangan mungkin terjadi.
II.    Prinsip
Reagen AS Direct Latex adalah sebuah suspensi partikel Lateks Polystirene yang telah disensitisasi dengan Streptolisin-O.ketika reagen dicampur dengan serum yang mengandung antibody anti-SLO,terjadi sebuah reaksi Ag-Ab yang dapat dilihat secara visual karena timbulnya aglutinasi.
III.    Metode
Metode Aglutinasi lateks
“Tes untuk menentukan anti-SLO dalam serum secara in vitro’
IV.    Alat & Bahan
-KIT Streptolisin-O (ASO)
-Alat tes
-Pipet tetes
-serum atau plasma
-mikro pipet
V.    Prosedur
a)    Kualitatif
1.    Bawa reagen dan sampel ke suhu rangan
2.    Letakkan 40 mikro liter serum yang tidak diencerkan keatas area hitam pada slide
3.    Campur dengan baik LR dan tambahkan 1 tetes ke atas tetesan serum
4.    Campur dengan batang pengaduk kedua tetesan tersebut di atas dan miring-miringkan slide
5.    Perhatikan ada tidaknyya aglutinasi dalam waktu tidak lebih dai 3 menit
b)    Semikuantitatif
Siapkan seri pengenceran kelipatan 2 dengan NaCL 0,9% dan kemudian lakukan setiap pengenceran sampel sama seperti serum yang tidak diencerkan (kualitatif).titer anti-SLO dalam sampel serum kurang lebih bisa dihitung dengan menggunakan rumus.
AS titer IU/ml= pengenceran tertinggi masih positif x sensitivitas reagen (200 IU/ml)
VI.    Interpretasi Hasil
Aglutinasi pada lateks berarti bahwa titer anti-SLO sama atau lebih tinggi dari 200 IU/ml.
VII.    Kesimpulan
Aglutinasi pada lateks berarti bahwa titer anti-SLO sama atau lebih tinggi dari 200 IU/ml.

pemeriksaan Malaria

PEMERIKSAAN MALARIA
I.    DASAR TEORI
Sporozoit masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles ,dan menetap dihepatosit.plasmodium vivax,P ovale memiliki tahap dormant yang disebut hipnozoit yang menetap selama berminggu-minggu sampai beberapa tahun kemudian berkembang menjadi schizint praeritrosit.sebaliknya P. Falciparum dan P.malariae titak memiliki tahap persistent tersebut.suatu schizont praeritrosit mengandung 10.000-30.000 merozit yang di lepaskan kedalam sirkulasi dan menginveksi eritrosit.di dalam eritrosit merozoit berkembang melalui beberapa tahap ,yaitu bentuk cincin ,tropozoit dan schizont eritrosit.
Antigen malaria walaupun sangat banak jenisnya ,namun dewasa ini yang menjadi target dari immunoassay untuk mendeteksi adanya infeksi dengan parasit malaria,khususnya untuk uji diagnostic cepat (rapid diagnostic test/RDT) hanya ada beberapa saja ,yaitu histidin rich protein-1 (HRP-1) dari P.falciparum,parasite spesific lactate dehydrigenase (pLDH),dan plasmodium aldose dari parasite glycolitic pathway yang terdapat pada semua spesies.
II.    Prinsip
Immunokromatografi
III.    Metode
Deteksi Ag HRP-2
IV.    Alat & Bahan
a)    Tabung reaksi/rak,KIT reagens
b)    Darah lisis
V.    Prosedur
Ujung sample pad carik celup,dicelupkan kedalam tabung yang berisi darah penderiata yang telah dilisiskan.darah tersebut akan diisap,dan bermigrasi kearah absorbant pad.setelah terjadi perubahan warna pada gari kontrol,carik celup dikeluarkan,dan dicelupkan ketabing lain ang berisi loarutan dapar pencuci untuk membersihkan.seluruh tes selesai dalam waktu 20 menit.tes di baca dengan kasat mata,dan dilihat adanya perubahan warna ,baik pada garis pengikat(capture line) maupun garis kontrol.
VI.    Interpretasi Hasil
Tes dikatakan positif bila kedua garis tersebut memberi warna merah,dan dikatakan negatife bila hanya tampak garis merah pada line kontrol.
VII.    Kesimpulan
 dikatakan positif bila kedua garis tersebut memberi warna merah,dan dikatakan negatife bila hanya tampak garis merah pada line kontrol saja.

pemeriksaan rematoid faktor

Pemeriksaan Rematoid Faktor (RF)
I.    Dasar Teori
Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Penderita RA selalu menunjukkan simtoma ritme sirkadia dari sistem kekebalan neuroindokrin.
RA umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu :
1.    Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari
2.    Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
3.    Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan
4.    Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan
Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan adanya nodul-nodul rheumatoid, konsentrasi rheumatoid factor (RF) yang abnormal dan perubahan radiografi yang meliputi erosi tulang.
Faktor reumatoid (rheumatoid factor, RF) adalah immunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG. Karena penderita juga mengandung IgG dalam serum, maka RF termasuk autoantibodi. Faktor penyebab timbulnya RF ini belum diketahui pasti, walaupun aktivasi komplemen akibat adanya interaksi RF dengan IgG memegang peranan yang penting pada rematik artritis (rheumatoid arthritis, RA) dan penyakit-penyakit lain dengan RF positif. Sebagian besar RF adalah IgM, tetapi dapat juga berupa IgG atau IgA.   
Faktor rematoid dalam darah diukur dengan n2 cara yaitu:
1.    Tes Aglutinasi
Suatu metode aglutinasi ,dimana darah dicampurkan dengan partikel lateks yang dilapisi oleh antibody IgG      manusia.jika darah tersebut mengandung factor rematoid ,larutan lateks tersebut akan membentuk gumpalan atau aglutinasi.metode ini baik digunakan sebagai tes pertama atau penyaring.jenis tes aglutinasi lain yaitu dengan menggunakan reagen dari darah domba yang di lapisi oleh antibody kelinci.jika sample mengandung RF,maka akan terbentuk aglutinasi.metode ini biasanya digunakan untuk tes konfirmasi.

2.    Tes Nephelometry
Pada metode ini ,darah ang btelah di tes dicampur dengan antibody reagen.saat sinar laser melalui cuvet yang mengandung campuran tersebut,akan terukur berapa banyak cahaya yang dapat di halangi oleh sampel dalam cuvet.makin tinggi kadar Rf,makin banyak gumpalan yang terbentuk,sehingga sampel menjadi keruh,sehingga lebih sedikit cahaya yang dapat melalui cuvet.gejala klinik dari RA antara lain nyeri sendi,pembengkakan sendi,pergerakan terbatas,kekakuan sendi,dan cepat lelah.diagnosa RA dapat ditegakkan jika memenuhi 4 dari 6 criteria dibawah ini:1) nyeri sendi pada pagi hari,2) artristis pada 3 sendi atau lebih,3) artritis pada sendi tangan,4) artritis yang bersifat simetris,5)serum RF positif,6) perubahan radiologo pada sendi.indikasi tes RF terutama digunakan untuk membantu mendiagnosis arthritis rematoid.walaupun Rf tidak sensitive ataupun spesifik untuk RA,tetapi 80% pasien arthritis rheumatoid memiliki RF  yang positif.

II.    Prinsip
-Reaksi Ag-Ab yang ditandai dengan adanyya aglutinasi,dimana adanya Agberbentuk partikel /lateks bereaksi Ab spesifik membentuk reaksi aglutinasi(gumpalan)
-Test slide aglutinasi lateks untuk menentukan RF dalam serum yang tidak di encerkan secara kualitatif dan semi-kualitatif ditandai dengan adanya aglutinasi.
III.    Metode
-Metode Aglutinasii lateks
-Test Humatex RF berdasarkan atas reaksi aglutinasi antara RF pada serum kontrol atau  pasien dengan IgG manusia yang diletakan pada partikel lateks polystrene
IV.    Alat & Bahan
a.    Mikropipet 40 mikro liter
b.    Pipet tetes/pasteur
c.    Slide
d.    Reagen isi Kit
 LR 40 atau 100 ml Reagen Lateks RF (tutup putih)
Suspensi partikel lateks Polistirene putih yang diikatklan pada IgG manusia 1.0%
PC 0.5 ml atau 1,0 ml serum kontrol positif (tutup merah).
Serum kontrol dari domba, siap pakai, menghasilkan aglutinasi anti-human IgG yang jelas
NC 1,0 ml Serum kontrol negatif (tutup hijau)
Siap pakai, Tidak reaktif terhadap LR
GBS 100 ml Glicyne-NaCl Buffer pH 8,2 ± 0,2
Glisine 100 mmol/l
NaCl 1 g/l
Slide dengan 6 petak
LR, PC, NC & GBS mengandung 0,095% Na.Azide
e.    Spesimen :  Serum, Stabil 24 jam suhu 2-8oC, 4 minggu suhu -20 oC
V.    Prosedur
Kualitatif (tes Penyaring)
Bawa LR, PC, NC & GBS dan sampel serum kesuhu ruangan, campur
LR dengan hati-hati
Pipet kedalam petak-petak pada slide :
Sampel serum 40 ul
PC 1 tetes
NC 1 tetes
LR , Keatas sampel dan kontrol masing-masing 1 tetes
Campur dengan batang pengaduk dan lebarkan cairan keseluruh area
dari petakan
Miringkan slide pulang balik selama 2 menit atau di rotator 100 rpm
Setelah 2 menit baca hasil dibawah sinar terang
    Interpretasi Hasil  : Aglutinasi yang tampak menunjukkan RF yang        terkandung lebih dari 20 IU/ml dalam serum spesimen yang tidak diencerkan.
Cat : 1 tetes = 40 ul

Tes Semikuantitatif
Encerkan spesimen dengan GBS :
Dilution Nilai RF(IU/ml)
1+1 1:2 24
1+3 1:4 48
1+7 1:8 96
1+15 1:16 192
1+31 1:32 384
Kemudian lanjutkan tes seperti pada bagian A
    Interpretasi Hasil
Pengenceran terakhir yang masih positif aglutinasi dikalikann dengan factor konversi 12. Mis : titer 1:16 = 16 x 12 (IU/ml) = 192 (IU/ml).nilai RF serum pasien secara kuantitatif.

Cat: Sensitivitas Produk ini adalah 12 IU/ml ketika sampel diencerkan.



VI.    Kesimpulan
Pengenceran terakhir yang masih positif aglutinasi dikalikann dengan factor konversi 12. Mis : titer 1:16 = 16 x 12 (IU/ml) = 192 (IU/ml).nilai RF serum pasien secara kuantitatif

pemeriksaan sifilis

PEMERIKSAAN PENYAKIT SIFILIS
I.    DASAR TEORI
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponemal palidum.Penularan melalui kontak seksual, melalui kontak langsung dan kongenital sifilis (melalui ibu ke anak dalam uterus).
Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.

Gejala dan tanda-tanda sifilis
Banyak dari para penderita sifilis yang tidak menyadari jika mereka terkena sifilis dan karena itu mereka tidak mendapat pengobatan yang baik. Infeksi terutama didapat apabila ada kontak langsung dengan luka terbuka sifilis yang sedang aktif.

Sifilis mempunyai beberapa stadium infeksi. Setelah terinfeksi dengan sifilis, ada masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka terbuka yang disebut ”chancre” sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari sudah terlihat.

Stadium pertama sifilis bisa ada sebuah luka terbuka yang disebut chancre di daerah genital, rektal, atau mulut. Luka terbuka ini tidak terasa sakit. Pembesaran kelenjar limfe bisa saja muncul. Seorang penderita bisa saja tidak merasakan sakitnya dan biasanya luka ini sembuh dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu, maka dari itu penderita biasanya tidak akan datang ke dokter untuk berobat, tetapi bukan berarti sifilis ini menghilang, tapi tetap beredar di dalam tubuh. Jika tidak diatasi dengan baik, akan berlanjut hingga stadium selanjutnya.

Stadium kedua muncul sekitar 1-6 bulan (rata-rata sekitar 6-8 minggu) setelah infeksi pertama, ada beberapa manifestasi yang berbeda pada stadium kedua ini. Suatu ruam kemerahan bisa saja timbul tanpa disertai rasa gatal di bagian-bagian tertentu,seperti telapak tangan dan kaki, atau area lembab, seperti skrotum dan bibir vagina. Selain ruam ini, timbul gejala-gejala lainnya, seperti demam, pembesaran kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, sakit kepala, kehilangan berat badan, nyeri otot, dan perlu diketahui bahwa gejala dan tanda dari infeksi kedua sifilis ini juga akan bisa hilang dengan sendirinya, tapi juga perlu diingat bahwa ini bukan berarti sifilis hilang dari tubuh Anda, tapi infeksinya berlanjut hingga stadium laten.

Stadium laten adalah stadium di mana jika diperiksa dengan tes laboratorium, hasilnya positif, tetapi gejala dan tanda bisa ada ataupun tidak. Stadium laten ini juga dibagi sebagai stadium awal dan akhir laten. Dinyatakan sebagai sifilis laten awal ketika sifilis sudah berada di dalam badan selama dua tahun atau kurang dari infeksi pertama dengan atau tanpa gejala. Sedangkan sifilis laten akhir jika sudah menderita selama dua tahun atau lebih dari infeksi pertama tanpa adanya bukti gejala klinis. Pada praktiknya, sering kali tidak diketahui kapan mulai terkena sehingga sering kali harus diasumsikan bahwa penderita sudah sampai stadium laten.

Sifilis tersier yang muncul pada 1/3 dari penderita yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya timbul 1-10 tahun setelah infeksi awal, tetapi pada beberapa kasus bisa sampai 50 tahun baru timbul, stadium ini bisa dilihat dengan tanda-tanda timbul benjolan seperti tumor yang lunak. Pada stadium ini, banyak kerusakan organ yang bisa terjadi, mulai dari kerusakan tulang, saraf, otak, otot, mata, jantung, dan organ lainnya.
   
Dari segi imunoassai, suatu infeksi dengan T.pallida yang dikenal sebagai pengobatan dari Sifilis akan menimbulkan 2 jenis antibody sebai berikut :

Antibodi nontreponemal atau regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit infeksi yang lain.
Antibodi ini baru terbentuk setelah penyakit menyebar kekelenjar limfe regional dan menyebabkan kerusakan jaringan. Antibodi ini membrikan reaksi silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain seperti misalnya dengan antigen lipoid dari ekstrak otot jantung.

Antibodi treponemal yang bereaksi dengan T.pallida dan closely related Strains. Dalam golongan antibody ini dapat dibedakan 2 jenis antibody yaitu:
Group Treponemal antibody, yaitu antibody terhadap antigen somatic yang dimiliki oleh semua Treponemal.
Antibodi terponemal yang spesifik, yaitu antibody terhadap antigen spesifik dari T.pallidum.

II.    PRINSIP
Tes SRPR adalah sebuah tes yang berdasarkan atas reaksi flokulasi non treponemal yang digunakan untuk mendeteksi antibody regain yang timbul pada penyakit Sypilis. Antigen RPR yang digunakan dalam Kit ini adalah modifikasi dari antigen VDRL dimana mengandung partikel arang khusus untuk memperbesar perbedaan antara hasil positif dengan negatif secara Visual.
III.    METODE
-Floculasi(VDRL/RPR)
-Hemaglutinasi Assay (TPHA)

IV.    ALAT & BAHAN
    Isi Kit.
AGS 1 atau 5 x 1,6 ml Suspensi Antigen RPR (tutup merah)
Suspensi Cardiolipin, mengandung Mikro arang khusus 0,3%, Na.Azide 0,095%
PC 0,5 atau 1 ml Kontrol serum positif (penetes merah)
Reaktif terhadap Antigen RPR (manusia), Na.Azide 0,095%
NC 1 ml Kontrol serum negatif (Penetes Hijau)
Tidak reaktif terhadap antigen RPR. Na.Azide 0,095%

    Alat Yang Digunakan
- Kertas dengan 10 petakan
- Jarum untuk AGS (16ul)
- Botol dispensi

    Spesimen/Sampel
- Plasma, serum (dipanaskan atau tidak), Bebas hemolisis dan kontaminasi
- Srum segar bisa disimpan selama 5 hari pada suhu 2-80C atau 4 minggu pada suhu –20oC

V.    PROSEDUR
    Tes Kualitatif
Bawa AGS,PC,NC dan sampel kesuhu ruangan. AGS campur dengan baik, suspensi harus benar-benar homogen sebelum digunakan.
Letakkan pada petak-petak berpisah pada kertas menggunakan penetes atau penyalur serum dan lebarkan cairan hingga memenuhi area :
Sampel 1 tetes (50 ul)
PC 1 tetes
NC 1 tetes
AGS Masing-masing 1 tetes
Miringkan kartu tes dengan lambat selama 8 menit atau letakkan diatas rotator 100rpm selama 8 menit.

    Tes Semikuantitati
Encerkan sampel dengan NaCl 0,9% berturut-turut 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32,Kemudian lanjutkan seperti pada tes kualitatif.

VI.    Interpretasi Hasil
    Tes Kualitatif
- Reaktif®gumpalan besar
- Reaktif sangat lemah®Gumpalan kecil
- Non reaktif®Tidak ada gumpalan atau sangat halus
    Tes Semikuantitatif
Pengenceran terakhir yang masih positif.
   
VII.    Kesimpulan
Jika terjadi gumpalan besar hasilnya positif(reaktif),jika gumpalan kecil berarti reaktif sangat lemah, dan jika tidak ada gumpalan atau sangat halus berarti non reakatif.




   


Selasa, 19 Juni 2012

jaringan darah

BAB I
PENDAHULUAN
1.    LATAR BELAKANG
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.
Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye).
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
Komposisi
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
•    Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
•    Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
•    Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1.    Air: 91,0%
2.    Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3.    Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dll)
4.    Garam
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-
•    albumin
•    bahan pembeku darah
•    immunoglobin (antibodi)
•    hormon
•    berbagai jenis protein
•    berbagai jenis garam
2.    RUMUSAN MASALAH
Agar masalah yang akan dibahas dapat terarah, maka masalah tersebut dirumuskan Sebagai berikut:
1.    apa yang dimaksud jaringan darah ?
2.    apa saja bagian-bagian jaringan darah ?
   
3.    TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud jaringan darah
2.    Kemudian untuk mengetahui bagian-bagian jaringan darah.





4.     METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan studi kasus analisa data dan menarik kesimpulan untuk memperoleh bahan dan data yang digunakan.
Teknik yang di gunakan adalah mencari informasi melalui media internet




.











BAB II
Tinjauan Teori
1.    Defenisi
Jaringan Darah merupakan jaringan pengikat. Jaringan darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan.
 . Pada mamalia terdapat 6 liter darah atau 6–10% dari berat tubuh. Darah beredar dalam pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler.
Jaringan darah terdiri atas substansi cair dan substansi padat. Substansi cair disebut plasma darah, sedangkan substansi padat berupa sel-sel
darah.
Ada tiga tipe sel darah, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping-keping darah). Leukosit ada dua macam, yaitu granulosit (leukosit bergranula) dan agranulosit (leukosit tak bergranula). Granulosit meliputi neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit meliputi limfosit dan monosit. Sel-sel darah terdapat dalam plasma darah.Beberapa Fungsi Darah berikut
.
(1)Mengangkut sari makanan, O2 , dan hormon ke sel-sel tubuh.
(2)Mengangkut zat sisa dan CO2 dari sel-sel tubuh.
(3)Mengatur suhu badan.
(4)Leukosit dapat berfungsi untuk melawan penyakit.
(5) Menutup luka dengan pembekuan darah.



2.    Bagian-bagian dari jaringan darah
•    a.Sel darah
1.    sel darah merah (eritrosit)
 berfungsi untuk mengangkutoksigen. Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte)[1] adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel)


•     
•    Eritrosit pada manusia
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. [13] Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
2.sel darah putih (lekosit)
     berfungsi untuk melawan benda-bendaasing yang masuk ke dalam tubuh. Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik.
Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:[1]
•    Basofil.
•    Eosinofil.
•    Neutrofil.
•    Halo .
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
•    Limfosit.
•    Monosit.
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat:Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkanSebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.


•   
•   

•    3.Keping-keping darah (trombosit)
•   
 
Berfungsi dalam proses pembekuan darah.

Sel trombosit atau keping darah
Keping darah, lempeng darah, trombosit (en:platelet, thrombocyte) (el:θρόμβος - "klot" dan κύτος - "sel") adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm[1] yang merupakan fragmentasi dari megakariosit.[2]. Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.

•    b.Plasma darah
Komponen terbesar adalah air, berperan mengangkut sari makanan, hormon,zat sisa hasil metabolisms, antibodi dan lain-lain. Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat anti-koagulan[1] yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut[2] dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l.[3] Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.1] Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.Plasma pheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling (en:extraction) plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir terapi.




BAB III
PENUTUP
1.    KESIMPULAN
•    Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
•    Jaringan Darah merupakan jaringan pengikat. Jaringan darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan.
•     . Pada mamalia terdapat 6 liter darah atau 6–10% dari berat tubuh. Darah beredar dalam pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler.
Jaringan darah terdiri atas substansi cair dan substansi padat. Substansi cair disebut plasma darah, sedangkan substansi padat berupa sel-sel
darah.
Ada tiga tipe sel darah, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping-keping darah). Leukosit ada dua macam, yaitu granulosit (leukosit bergranula) dan agranulosit (leukosit tak bergranula). Granulosit meliputi neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit meliputi limfosit dan monosit. Sel-sel darah terdapat dalam plasma darah.



DAFTAR PUSTAKA
•    id.wikipedia.org/wiki/Plasma_darah
•    id.wikipedia.org/wiki/Keping_darah

uji ninhidrin

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom.[1] Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.[
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat):[4][5]
•    struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Frederick Sanger merupakan ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam amino pada protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang mengiris ikatan antara asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih pendek untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan kertas kromatografik. Urutan asam amino menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih lanjut memicu mutasi genetik.
•    struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
o    alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;
o    beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
o    beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
o    gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").[4]
•    struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
•    contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).[6] Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak fungsional.




1.2    MAKSUD DAN TUJUAN
a.Tujuan Umum.Agar mahasiswa dan pembaca mengerti tentang pentingnya protein untuk tubuh kita.
b.TujuanKhusus.
Mengemukakan permasalahan tentang protein
Menjabarkan kadar dan fungsi protein bagi manusia
Memberitahu kepada mahasiswa sumber protein
 Menjelaskan akibat dan kekurangan protein

1.3    METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka,
Di mana mencari materi dari buku-buku yang di baca dan sumber internet














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

     Uji NinhidrinAdalah uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin dapat mengubah asam amino menjadi suatu aldehida. Uji ninhidrin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang tidak bewarna ke dalam sampel., kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein ditunjukkan oleh terbentuknya warna ungu.
    Apabila ninhidrin di panaskan dengan asam amino,maka akan terbentuk kompleks berwarna.untuk salah satu asam amino dapat di tentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut.









BAB III
METODE KERJA

3.1 ALAT
1.    Tabung reaksi
2.    Pipet tetes
3.    Rak tabung reaksi
4.    Lampu spritus
5.    Beaker gelass
6.    Kaki tiga
7.    Asbes


3.2 BAHAN
1.    Albumin telur yang telah di encerkan
2.    Larutan ninhidrin 0.1%



3.3 PROSEDUR KERJA.


1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Pipet sebanyak 3 ml larutan albumin protein sesuai dengan pengenceran kedalam tabung

3. Tambahkan larutan ninhidrin sebanyak 0,5 ml kemasing-masing tabung tersebut

4. Panaskan hingga mendidih dan lihat perubahannya



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengenceran albumin telur 50x + ninhidrin(+)ungu tua  (tidak larut)
     Pengenceran albumin telur 100x+ninhidrin (+)ungu tua  (tidak larut)
     Pengenceran albumin telur 150x+ninhidrin (+)ungu tua  (larut)
     Pengenceran albumin telur 200x+ninhidrin (+)ungu tua  (larut)
    Pengencerean albumin telur 250x+ninhidrin  (+)ungu tua  (larut)








Semakin Banyak proteinnya maka reaksi semakin cepat terjadi









BAB V
PENUTUP




5.1 KESIMPULAN

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus
Uji NinhidrinAdalah uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin dapat mengubah asam amino menjadi suatu aldehida. Uji ninhidrin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang tidak bewarna ke dalam sampel., kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein ditunjukkan oleh terbentuknya warna ungu.





5.2 SARAN
Pada uji Ninhidrin saranya yaitu hanya di butuhkan suatu ketelitian dalam mengamati perubahan-perubahan warna yang terjadi dalam pengujian ini,dan bahan/reagen yang di gunakan seharusnya dalam kondisi yang masih bagus.







    DAFTAR PUSTAKA


    www.rismaka.net/.../uji-kualitatif-protein-dan-asam-amino.html